<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d5256079239104749292\x26blogName\x3dJotyabetta+News\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://jotyabettanews.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://jotyabettanews.blogspot.com/\x26vt\x3d-2568762859462898114', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Monday, June 9, 2008
Betta mahachai, cupang alam yang berasal dari kota




Oleh: Joty Atmadjaja

Mahachai, nama sebuah kota kecil 28 km sebelah barat Bangkok, Thailand. Namun kota ini tidak kita temui dalam peta Thailand modern karena oleh Raja Rama IV telah diubah menjadi Samut Sakhon. Di kota kecil inilah ditemukan pada tahun 2001 cupang jenis mahachai mengabadikan nama kota tersebut.

Betta mahachai merupakan cupang yang berpijah dengan membuat sarang busa (bubblenester) berwarna hijau metalik alami dengan bentuk tubuh lebih panjang dari betta splendens dan berpenampilan fisik seperti betta smaragdina namun mirip betta imbelis dalam perilakunya. Betta mahachai disebut-sebut sebagai cikal bakal warna metalik pada betta splendens sekarang, sebagai hasil silangan kedua jenis betta ini. Dan bagi penggemar cupang aduan mahachai memiliki ketahanan dan kelengkapan pukulan yang luar biasa.

Adalah Nonn Panitvong, Akkapol Wisitchainont dan Arthit Prasartkhul yang menemukan Betta mahachai pada bulan Oktober 2001. Lokasinya dirawa-rawa yang banyak ditumbuhi oleh pohon nipah (Nypa fruticans) sekitar kota Samut Sakhon. Keberadaannya sangat mengkhawatirkan karena habitatnya berada disekitar rawa-rawa yang kotor penuh dengan limbah daerah industri. Betta mahachai dapat bertahan dalam jumlah yang sedikit dan perlu dilestarikan dari kepunahan karena perkembangan kota dan industri yang mendesak keberadaannya. Sejak mahachai ditemukan permintaannya meningkat dari dalam dan luar negeri sehingga banyak orang yang datang ke tempat lokasi pertama ditemukan untuk mendapatkannya. Hampir setahun kemudian lokasinya telah berubah dan mahachai sulit ditemukan pada habitat aslinya. Perkembangan industri dan perumahan telah mempersempit habitatnya.

Menurut penduduk lokal disana mereka telah memelihara mahachai sejak seratus tahun yang lalu sebagai cupang adu. Mereka memelihara mahachai dengan cara melepaskan indukan di alam dan lokasinya dirahasiakan agar tidak diketahui oleh pesaingnya. Agar mahachai memiliki kualitas adu yang lebih baik mereka melepas induk cupang adu terbaiknya, baik itu splendens, smaragdina maupun imbelis ke habitat mahachai agar dapat dihasilkan cupang adu silangan yang lebih berkualitas. Setelah ratusan tahun perilaku demikian, dihasilkan mahachai yang dikenal sekarang ini.

Betta mahachai adalah species betta splendens complex yang hingga saat ini belum diklasifikasi secara resmi karena masih dipelajari apakah memang suatu species yang unik atau merupakan sub-species atau hibrid dari betta splendens yang ada di alam karena keberadaannya dekat dengan kota dan ada orang yang melepas cupangnya dialam dan berkembang biak dengan spesies lain yang sudah ada dan membentuk hibrid jenis baru. Namun keunikan warna metalik ditubuh dan siripnya telah mampu membuat “revolusi” warna pada cupang hias yang kita jumpai sekarang. Asal mula warna copper yang menjadi dasar warna-warna metalik diperkirakan adalah hasil silangan dengan betta mahachai. Maka munculah saat ini cupang-cupang hias, warna platinum, emas, biru mask, hijau mask hingga warna kombinasi yang dinamakan “dragon” yang berasal dari warna metalik ini.
Ciri-ciri fisik

Mahachai jantan memiliki warna metalik yang lebih cerah daripada betinanya, dibandingkan betta splendens dan smaragdina tubuh mahachai lebih panjang dan lebih besar. Diperkirakan mahachai merupakan spesies yang terpanjang dan terbesar pada betta splendens complex. Tubuhnya sedikit berbeda dengan betta splendens karena membungkuk menyerupai dolphin yang akan semakin kentara saat dewasa. Bentuk ekor lebih menyerupai sekop dan pada umumnya memiliki mata merah. Mahachai sangat mudah stress dan melompat dari aquarium terlebih apabila hidup sendirian. Dalam pemeliharaan mahachai sebaiknya bersama-sama dalam satu aquarium dengan diberikan daun ketapang yang kental dan tanaman air atau tempat untuk persembunyian agar mahachai lebih tenang. Mahachai tidak terlalu agresif dan mudah berkelahi seperti imbelis atau betta splendens apabila ditempatkan bersama-sama.

Pemijahan

Selayaknya spesies betta splendens lainnya betta mahachai berpijah dan berkembang biak dengan membuat sarang busa. Ketinggian air saat pemijahan pun sama. Berbeda dengan splendens sarang busanya relatif kecil. Induk betina dapat ditinggalkan didalam tempat pemijahan karena induk jantan tidak akan mengusir betinanya ataupun memakan anaknya. Pemijahannya relatif lebih mudah dilakukan.

Dalam kontes yang diadakan di Taman Mini Betta Show 2008 yang diadakan di Taman Aquarium Air Tawar tanggal 19-20 April 2008 untuk pertamakalinya di Indonesia mahachai dikonteskan dalam kategori wild betta small bublenesters dan mendapatkan juara pertama. Besar dan keindahannya membuat mahachai banyak disukai oleh hobbies cupang alam.

Credit photo: Muty Pinuasty M.
(Dimuat dimajalah Dfishes edisi 12, Mei - Juni 2008)
Thursday, June 5, 2008
Catching Up
It has been over a year I did not write here. Many things happened between now and then. Let me wrap it up....

May 24-27, 2007: I was invited as Judge at Betta Show AQUARAMA 2007 along with Jesda Attavichit from Thailand, Jodie Lea Mattheson from Australia, Vincent Mah and Wong Wei Yong from Singapore.

August 24-26, 2007: I was a show chair at The Jakarta International Betta Show 2007 (The JIBS) at FLONA Lapangan Banteng, Jakarta Indonesia . At the JIBS word record for the highest number of participant at betta show was set at 1063 fishes. It was awarded by MURI (Museum Rekor Indonesia). Many participants from 6 countries participated in this show. Thank you for all betta lovers for helping me achieving this incredible result.

February 1, 2008: My first book on betta was published by Agromedia, Jakarta. Its title is "Panduan Lengkap Budidaya dan Perawatan Cupang Hias" with co-writter Maloedyn Sitanggang. Thanks Agromedia for reliazing my dream.

April 20, 2008: Officially launch my book at Sarasehan Budidaya dan Perawatan Cupang Hias in conjuntion with Taman Mini Indonesia Indah Betta Show April 12-20, 2008, TMII, Jakarta.

May 2008: I became an advisor and contributor at Dfishes magazine for betta and guppy fish. My first article was Betta mahachai, cupang alam dari kota published in Dfishes #12, May-June 2008.
Archives News